
uokeyy..gw balik lagi nih dgn albumnya ERK

Delapan belas bulan yang lalu, bila kita menyebutkan istilah “Efek Rumah Kaca”, yang terlintas di kepala adalah usaha menyelamatkan dunia dari pemanasan global. Setahun yang lalu Cholil, Adrian dan Akbar adalah sebuah nama anonim yang terdengar seperti nama-nama jutaan orang lainnya di tanah air tercinta ini. Dalam sekejap, semuanya berubah ketika sebuah lagu yang mempropagandakan kebencian akan musik melayu yang mendayu-dayu menjadi radio hit, dan dicintai oleh semua orang, bahkan mereka yang mencintai musik mendayu-dayu itu sendiri. Saat ini, nama Efek Rumah Kaca, adalah nama yang kita kenal sebagai sebuah band paling genial yang mendefinisikan bahwa musik bertemakan cinta bukanlah satu-satunya jalan untuk menjadi besar. Masih banyak cara menjadi besar, seperti bermusik dengan pakem dan idealitas sendiri, menciptakan sebuah kualitas yang akhirnya mampu menunujukkan taringnya sendiri dan menyelamatkan telinga kita yang telah penat akan rayuan gombal musik cinta tidak berkelas.....
Saat ini ketika kita disuguhkan dengan “Kamar Gelap”, album kedua Cholil, Adrian dan Akbar (masih tetap anonim tapi mampu menginsipirasikan orang banyak), kita hanya terpana kagum, betapa kualitas musik yang disuguhkan mampu dibuat hanya dalam kurun waktu setahun setelah debut album itu dirilis.
“Tubuhmu Membiru…Tragis” menebarkan kebahayaan album ini dengan menyelinap ke otak kita, seperti obat bius paling legal yang pernah kita nikmati. Dengan irama jazzy yang mengawalinya, suara gitar Cholil yang monoton tapi tidak dapat ditolak kenikmatannya membuat lagu ini menciptakan sebuah atmosfir yang misterius, galau tapi menenangkan sekaligus. Di lagu kedua “Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa” mereka yang masih meragukan kalau Efek Rumah Kaca tidak dapat memainkan musik ‘rok’, harus dikirim ke Nusakambangan dan diekseskusi secepatnya, bagian akhir lagu ini adalah sebuah klimaks dengan Cholil yang menduplikasikan dirinya sendiri dalam vokal, distorsi gitar dan lantunan teriakan di latar belakang, sementara itu Akbar menghajar drumnya seperti esok adalah hari di mana apokalips akan datang.
Lagu ketiga di “Kamar Gelap” adalah lagu yang akan menempatkan Efek Rumah Kaca di jajaran band terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini sepanjang masa. “Mosi Tidak Percaya” diawali dengan sebuah riff gitar dan bas seperti sebuah lagu ‘rok’ yang akan menjadi bahan pembicaraan abadi, belum lagi suara tepukan tangan dan vokal Cholil yang mendekati kesempurnaan dalam lagu itu. Suaranya di situ adalah suara kepenatan akan janji yang tidak pernah dipenuhi, sebuah teriakan rakyat yang tak mau lagi dikelabui oleh janji-janji palsu “Kamu ciderai janji, luka belum terobati, kami tak mau dibeli, kami tidak bisa dibeli, janjimu pelan-pelan akan menelanmu”. Bila “Di Udara” adalah sebuah anthem melawan kefrustasian penegakan HAM yang tidak becus ditangani, “Mosi Tidak Dipercaya” adalah lagu yang ingin menusuk mereka yang menjadi pusat ketidakbecusan itu. Lagu itu diakhiri dengan teriakan “Oiii…Oii…Oiiii” seperti teriakan ultimatum menuntut keadilan, teriakan menuntut kejujuran, teriakan menuntut perubahan. Dan di atas teriakan putus asa tersebut, Cholil bernyanyi “Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya. Ini mosi tidak percaya, kami tidak mau lagi diperdaya”. Nyanyian itu memberikan harapan, bahwa semuanya masih akan berubah, dan kita akan kembali lagi percaya. Untuk itu, Efek Rumah Kaca akan menjadi abadi.
“Lagu Kesepian” dan “Hujan Jangan Marah” adalah antitesis dari lagu balada tipikal negara ini. Keduanya menyampaikan maksudnya, tanpa harus bermain dengan kebancian lagu balada yang dengan khas mengumbar rangkaian kata-kata manis sampai menghilangkan maknanya sendiri. Kedua lagu itu disusul dengan “Kenakalan Remaja Di Era Informatika” yang mungkin lagu paling pop di album ini. Lagu ini menyinggung mereka yang selalu membiarkan birahi menjadi juara dalam kehidupan. Di situ dengan lugas Cholil bernyanyi “Apakah kita tersesat arah? Mengapa kita tak bisa dewasa?”. Kita lupa, masih banyak yang harus ditindaklanjuti di negara ini, dari hanya mengurusi kenakalan remaja tersebut. Sekali lagi, Efek Rumah Kaca berhasil menyentil kenaifan kita menghadapi diri kita sendiri dalam mengatur diri.
Dengan suara vokal jernih dan terkesan agung, Cholil membuka “Menjadi Indonesia”. Ia mengajak kita untuk “Lekas bangun tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu … masih ada cara menjadi besar … menjelma dan menjadi Indonesia”. Mereka tidak menjargonkan arti nasionalis dengan berlebihan, tapi dengan cerdas dan masuk akal. Ini adalah kidung Efek Rumah Kaca, tentang sebuah impian akan Indonesia yang akan dikagumi kembali, dan tentang masing-masing dari kita yang akan kembali bangga akan hal tersebut.
Melalui caranya sendiri Efek Rumah Kaca mengungkapkan rintihan mereka akan sesuatu yang tidak pada semestinya, seperti titel track album ini “Kamar Gelap” yang dapat diinterpretasikan sebagai kerinduan agar semua masa lalu bangsa ini direkam dan diungkap, tidak dijadikan sebuah buku pelajaran sejarah saja tapi lebih dari sebuah riwayat bangsa di mana itu semua adalah hal yang kekal melekat dalam diri kita, yang harus diingat dan dipelajari dari itu. Lalu dalam “Jangan Bakar Buku” diselingi oleh sebuah tembok suara distorsi yang tiada habisnya memasuki akhir lagu tersebut, Cholil menyanyi dengan kekuatiran yang tenang tentang kebiadaban pembakaran buku yang pernah dilakukan oleh pemerintah masa lampau “Kata-kata demi kata mengantarkan fantasi, habis sudah, habis sudah. Bait demi bait pemicu anestesi, hangus sudah, hangus sudah”.
Campuran gitar jingle-jangle sederhana namun efektif yang pelan-pelan bisa menjadi ciri khas musik Efek Rumah Kaca dicampur dengan ritem gitar terpatah-patah, terbalut dengan tema harapan semu untuk kehidupan lebih baik di kota besar/ibu kota adalah tema dari “Banyak Asap Di Sana”. Setelah diselingi dengan irama musik sirkus di “Laki-Laki Pemalu” album mengagumkan ini ditutup dengan “Balerina”. Dalam lagu terakhir ini, Efek Rumah Kaca kembali menampilkan nada-nada riang, terkilas seperti sebuah lagu yang terhilang dari The Smiths, namun dengan Cholil sebagai vokalis tamu, karena Morrissey tidak peduli akan apapun yang berhubungan dengan band lamanya itu. Terlalu mengiritasikan untuk diabaikan, lagu terakhir ini sangat membius kita untuk menjadi bahagia, mencari keseimbangan mengisi ketiadaan seperti yang dilanturkan oleh Cholil sendiri di lagu itu.
“Kamar Gelap” akan mengukuhkan status Efek Rumah Kaca sebagai pahlawan musikalis negeri ini. Mereka dengan konstan meneruskan apa yang telah mereka lakukan di album pertama mereka, dan mungkin bila kita berterus terang, mereka melakukannya dengan lebih baik di sini. Bila setiap sanubari kita tidak hanya ingin dibuai oleh kata-kata fana tentang kegombalan sebuah cinta yang diumbar band arus utama negara ini pada umumnya, bila kita masih haus untuk mencari lagu dengan lirik Indonesia yang cerdas, bila kita masih ingin mencari nada-nada ultimatum dan anthem yang mengembalikan kecintaan dan kepedulian kita terhadap negara ini, tanpa harus memamerkan kenasionalisasian yang hanya penuh slogan kosong, maka Efek Rumah Kaca adalah band yang kita akan kita percaya untuk semua hal itu. Mereka menginspirasikan dan memberikan harapan kepada kita semua. Mari kita merapikan wajah kita, memudakan tua kita, mencari cara untuk menjadi besar, menjelma dan menjadi Indonesia. Terima kasih Efek Rumah Kaca untuk musik dan untuk harapan tersebut.
dan terakhir..klo lu mo donlot ni album langsung aja ya nggk usah banyak cincong

Track Listnya:
1. Tubuhmu Membiru Tragis
2. Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa
3. Mosi Tidak Percaya
4. Lagu Kesepian
5. Hujan Jangan Marah
6. Kenakalan Remaja Di Era Informatika
7. Menjadi Indonesia
8. Kamar Gelap
9. Jangan Bakar Buku
10. Banyak Asap Di Sana
11. Laki Laki Pemalu
12. Balerina

http://rapidshare.com/files/182653383/Efek_Rumah_Kaca_-_Kamar_Gelap__2008_.zip
jangan lupa passnya: http://www.misshacker.com
No comments:
Post a Comment